Anak-anak kelas dua belas punya kebiasaan baru.
Tepat jam satu tengah hari bolong, mereka selalu tampak asyik menunggu
trans jakarta jurusan Lebak Bulus. Faiz, Mustofa, Roni, dan Arfan. Rada
aneh juga, rumah mereka jadi mendadak pada pindah ke Shelter Lebak Bulus
semua. Selidik punya selidik, ternyata mereka itu lagi ngejar cewek.
Nggak tahu anak sekolah mana. Yang pasti
setiap jam satu, wajah manisnya selalu nampak di jendela Trans jakarta
jurusan Lebak Bulus-Kampung Rambutan, dekat pintu depan. Matanya yang
bulat bersinar, rambutnya yang panjang terurai dengan tubuh yang mungil,
sempat membuat cowok-cowok kece SMA Darus Salam itu terkagum-kagum.
Mereka melihatnya tiga hari yang lalu. Ketika mereka punya rencana mau
makan-makan di Lebak Bulus Junction, dalam rangka memperingati hari yang
paling bersejarah dalam kehidupan Roni, karena dia berhasil memenangkan
hadiah salah satu akun kuis di twitter setelah delapan belas kali ikut.
Dan saat itu mereka berempat secara serempak melongo di pintu Trans
Jakarta, mengagumi makhluk cantik yang duduk dengan manisnya di dekat
jendela. Penjaga shelter yang bawaannya nggak mau sabar, sempat gahar
juga, "He, lu pada niat nggak sih naek bas-wey? Kok terbengong-bengong
begitu?"
Faiz cs yang kaget dibentak begitu, menjawab serempak, "Kita lagi berdoa dulu kok biar selamet di jalan."
Dan sejak itu, setiap malam, mereka punya mimpi yang sama. Tentang gadis di dalam Trans Jakarta.
Makanya hari-hari berikutnya, mereka jadi sering kedapetan menunggu
Trasn Jakarta jurusan Lebak Bulus. Setiap ada teman yang tanya, mereka
serempak menjawab mau shopping ke Lebak Bulus point’s Square.
"Kok tiap hari shopping-nya?"
"Maklumlah, namanya juga orang kaya."
Dan sang penanya pun langsung berlalu dengan wajah dongkol.
Trasn Jakarta yang ditunggu datang, dan mereka berempat serempak
bangkit dengan semangat. Tak peduli Trasn Jakarta tersebut sudah penuh
sesak, mereka tetap bela-belain mengejarnya.
"Stop, Bang!
Stop!" teriak mereka sambil berlompatan ke dalam Trasn Jakarta yang
enggan berhenti (karena mungkin tidak terima Trans jakarta di naiki
makhluk-makhluk seperti ini). Sang penjaga shelter melirik jengkel pada
mereka. Bukan apa-apa, makhluk-makhluk ini kalau naik bis pada ribut
sekali. Padahal bayarnya cuma noceng. Dia apal betul. Terutama dengan
Faiz yang selalu mengulum permen karet. Atau Roni, playboy SMA Darus
Salam yang wajahnya gabungan antara Rico Ceper dan Benyamin (wah, mentok
banget deh!)
Dan seperti ramalan sang kondektur, kala
penumpang sudah banyak yang turun, makhluk-makhluk SMA Darus Salam itu
mulai menggoda-goda cewek tadi dengan ributnya.
"Hei, Cewek,
kenalan dong. Nama saya Roni. Cowok paling kesohor di SMA Darus Salam.
Pernah jadi cowok sampul majalah ----- Bobo. Saya punya motor bebek
merah, yang sekarang --karena satu dan lain hal-- lagi ngadat nggak bisa
dipakai. Mungkin tali kipasnya putus (bego juga si Roni ini, motor mana
ada tali kipasnya?). Tapi jangan kuatir, motor saya yang lainnya banyak
kok. Tinggal pilih aja mau pake yang mana. Setiap hari ganti-ganti. Di
samping itu, saya ini bintang film lho. Saya sering nongol di tipi dalam
acara..."
"Animal on Discovery Channel!" celetuk Arfan dari belakang.
"Bukan! Alam Lain!" Faiz ikutan ngomong, membela Roni.
Roni melotot sewot ke arah Faiz dan Arfan yang cekikikan.
"Jangan dengarkan mereka, Cewek manis. Maklum aja, orang top memang
banyak yang nyirikin. Tapi saya udah biasa. Nah mau kan kenalan sama
saya?"
Cewek itu tak bereaksi. Cuma senyum dikit.
"Jangan
mau sama Roni, Cewek manis. Doi jarang jajan. Mending sama saya aja.
Nama saya Arfan. Orangnya rada malu-malu kayak kucing, tapi lebih ngetop
daripada Roni. Saya juga sering nongol di film-film cookies itu loch
FTV, sebagai peran utama..."
"Bo'ong! Jangan percaya!" Faiz berteriak dari belakang. "Dia itu sebetulnya yang jadi Pak Ogah di cerita Laptop Si Unyil!"
Arfan ngamuk-ngamuk.
"Enggak, saya bener. Masak kamu nggak ngenalin wajah saya yang begini familiar, sih? Look at me!"
"Iya, dia memang main di FTV. Tapi cuma jadi stuntman. Jadi kalau
kebetulan pas ada adegan orang digebukin, nah, dialah yang dipakai.
Mendingan sama saya aja. Nama saya Faiz. Punya dua grup hadhroh loch.
Saya ini orangnya sederhana, apa adanya, nggak kayak Roni yang..."
"Dodol! Kok saya terus yang dijadikan kambing hitam?!" protes Roni.
"Emang lu kambing!" balas Faiz cuwek.
"Sori, tadi ada gangguan teknis. Sampai di mana tadi? Oya, saya ini
orangnya sederhana. Padahal sebetulnya saya ini orang kaya lho. Gimana
nggak kaya, saya kalo abis mengulum permen karet, langsung dibuang,
nggak pernah ditelen. Jadi sekali pakai, langsung buang. Nggak kayak
Roni, suka dipungut dan dikunyah lagi."
Sekarang giliran Roni yang ngamuk-ngamuk.
Langsung mengacak-acak rambut Faiz. Faiz berteriak-teriak ribut sekali. Duh itu kelakuan, kayak anak play group aja!!!
"Alaaaah, kalian semua pada kayak anak kecil. Mending pacaran sama saya
aja, Cewek manis. Saya ini orangnya dewasa, jantan, dan... kamu pasti
akan merasakan kehangatan begitu jatuh dalam pelukanku...", kali ini
Mustofa yang maju.
"Emangnya kebab turki, pake anget segala?" Faiz nyeletuk lagi dari belakang.
Mustofa cuwek. Terus merayu. Tapi sayang, bis telah memasuki shelter
kampung rambutan. Jadi acara lomba merayu itu terpaksa ditunda dulu
sampai besok. Sang kondektur menarik napas lega, sambil baca
alhamdulillah seratus kali.
"Jangan kuatir, Mus, besok kita pasti
naik bis ini lagi. Daag!" ujar Faiz sambil menepuk-nepuk bahu kondektur.
Kondektur itu melotot galak, dan Faiz cepat-cepat melompat turun
menyusul teman-temannya.
*
Tapi dua hari kemudian,
Faiz, Roni, dan Mustofa dikejutkan oleh berita yang dibawa Arfan. Arfan
bilang bahwa cewek manis itu sekarang udah jadi ceweknya, jadi dilarang
ada yang menggodanya lagi. Dan sialnya ternyata berita itu benar. Ketika
pulang sekolah, Arfan sialan itu dengan santainya ngobrol berduaan
dengan cewek manis itu di Trasn Jakarta.
Faiz, Roni, dan Mustofa keki berat.
"Kamu curang, fan! Kapan kamu berhasil ngerayunya? Selama ini kan kita
senasib dicuwekin terus sama dia? Iya nggak, iya nggak?" protes Mustofa.
"Kamu pake ilmu santet, ya?" Roni ikutan sirik.
Arfan cuma senyum-senyum aja. Duile, mending manis? Dan usut punya
usut, ternyata tanpa setahu teman-temannya, si Dodol itu nekat datang ke
rumah cewek tersebut. Nggak jelas, dia dapet alamat dari mana. Yang
pasti, rayuannya berhasil dan makhluk manis berambut panjang itu jatuh
ke tangannya. Dan kunci kesuksesannya adalah karena ternyata cewek itu
termasuk hobi nonton film serial FTV, dan pernah ngeliat si Arfan yang
ikut cengengesan nampang sebagai peran pengganti alias stuntman. Maka,
muluslah jalan baginya. Sial banget!
"Huh, baru main jadi figuran di
FTV aja digila-gilain. Cewek itu nggak tau 'kali, kalau saya juga bisa
main pilem begituan," gerutu Roni.
"Iya-- saya juga sering ngeliat
kamu jadi model iklan di bioskop, radio, dan koran-koran. Iya, kan?
Betul itu kamu?" Faiz bertanya.
"Eh, kamu tau juga? Iya. Itu saya.
Kapan kamu ngeliatnya? Di iklan apa? Iklan sepatu? Iklan pakaian pria
masa kini? Atau... jangan-jangan yang kamu liat itu Gading Marten.
Karena, ya--maklumlah, wajah saya kan mirip-mirip dia, meski tetap
kecean saya. Iya, kan? Kamu ngeliat saya di iklan apa?"
"Itu lho... iklan Kalpanax. Obat panu."
*
Dua hari berlalu hampa. Tak ada wajah-wajah ceria ketika bis jurusan
Lebak Bulus datang tepat jam satu siang. Cuma Arfan yang langsung
bangkit dan ikut pergi bersama bis kenangan itu. Yang lain tinggal, atau
terus pulang.
Tapi seminggu kemudian, mereka kembali dihebohkan
dengan makhluk cantik lainnya di Trans Jakarta jurusan Pondok Indah.
Pertamanya Faiz tak begitu menyadari akan kehadiran gadis itu, tapi
begitu besoknya ketemu lagi, Faiz mulai ribut-ribut menceritakan
'penemuannya' itu kepada teman-temannya.
"Wah, pokoknya nggak kalah
cakep deh. Saya selalu ketemu dengannya kalau pulang sekolah jam
setengah dua!" celoteh Faiz. Kontan aja anak-anak pada tertarik, dan
kini, rumah mereka mendadak pada pindah ke Pondok Indah semua.
Maka
hari-hari selanjutnya, tepat jam setengah dua, Faiz, Roni, dan Mustofa
selalu nampak asyik menunggu Trans Jakarta jurusan Pondok Indah Kejadian
yang lalu terulang lagi. Ribut-ribut di Trans Jakarta, merayu sang
cewek, tertawa, dan tentu saja, bikin jengkel sang kondektur Trasn
Jakarta.
Dan suatu ketika, saat mereka bertiga lagi asyik menunggu Trasn Jakarta, Arfan nampak berlari-lari ke arah mereka.
"Lho, mau ngapain Fan? Kamu nggak boleh ikutan lagi dong. Kan udah dapet yang dulu?" tegur Mustofa.
"Yaaaa, saya ikutan lagi dong!" rengek Arfan.
"Wah, enggak bisa. Nanti kamu menang lagi. Terus kita-kita jadi nggak bisa hura-hura lagi kalau pulang sekolah."
"Enggak deh, saya janji. Saya emang seneng banget waktu ngedapetin
cewek yang kemarin itu. Berarti kan saya lebih kece dari kamu-kamu..."
"Wuuuuuuuu!" anak-anak pada protes.
"Eit, nanti dulu. Tapi senengnya cuma sebentar. Karena selanjutnya jadi
begitu-begitu aja. Monoton. Tiap hari nganterin dia pulang, mampir ke
rumahnya, ngobrol. Gitu-gitu terus. Nggak ada seninya. Saya jadi ngiri
ketika kalian pada nemuin cewek baru lagi. Jadi kepingin ikut-ikutan
ngegodain, ngerayu, ngejar-ngejar, seperti dulu. Nggak tau tuh, kenapa.
Menurut kamu kenapa, Ron?"
"Simpel. Mungkin cinta kamu ditolak!" jawab Roni kalem.
"Enak aja. Kamu liat sendiri saya bisa dengan mudah ngedapetin dia!" Arfan ngotot.
"Ealah, malah pada ribut. Mungkin Arfan bener. Ngejar-ngejar cewek
mungkin lebih enak daripada kalau udah ngedapetin. Soalnya kita masih
remaja. Masih ingin bebas. Jiwa hura-hura kita kan lebih besar daripada
jiwa romantisme kita. Dan kata orang, cewek itu ibarat bis. Lewat yang
satu, bisa menunggu yang berikutnya. Jadi nggak usah terlalu dikejar.
Apalagi pake patah hati segala. Iya nggak? Dan anehnya, kita kadang suka
sekali mengejar-ngejar sesuatu yang sebetulnya tidak kita inginkan
benar. Tapi nggak apa-apa kok. Namanya juga anak muda," kata Faiz sok
berfilsafat, sampe teman-temannya pada ngantuk semua.
"Eh, itu Trasn Jakarta nya datang. Ayo siap-siap!"
Mereka berempat secara serempak bangkit. Lalu mengejar-ngejar bis
dengan semangat '45, sambil berteriak-teriak ribut sekali. Kejadian yang
dulu pun terulang lagi.
Dan, mereka akan terus begitu. Sampai suatu
saat nanti mereka begitu lelah untuk mengepakkan sayap-sayap kecil
milik mereka, dan hinggap pada sekuntum bunga. Di mana mereka akan
menemukan segalanya.
Dan, mereka pun enggan untuk terbang lagi...
Buat yang tidak tahu Trans Jakarta, lazimnya dinamakan dengan Bas-Wey. Hehehehe :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar