Kuhisap
secangkir kopi dipagi itu, menunggu dosen yang tak kunjung datang. Memang sudah
menjadi kebiasaanku menghabiskan waktu pagi dengan nongkrong di basement
fakultasku. Bukan untuk mencari eksistensi dari para juniorku, hanya sekedar
ingin mencari kawan berdiskusi. Dan pula dari basement lah aku dapat melihat
dosenku yang akan masuk ke dalam kelas. Dan pagi itu sepertinya dosen untuk jam
pertamaku tidak hadir, karena setahuku beliau tidak pernah telat. Dan ini sudah
setengah jam, tanpa perlu sms ataupun menelepon kawanku yang ada di kelas, aku
sudah yakin bahkan haqqul yaqin bahwa dosenku tidak akan hadir di
kelasku. Sambil masih menunggu kawan yang bisa di ajak berdiskusi aku
menyalakan note book acer ku. Mencari sinyal wi fi, untuk seterusnya membuka
jejaring sosialku dimulai dari facebook, twitter, dan kaskus. Aku juga mengecek
blog-blog ku takut-takut ada pertanyaan yang harus ku jawab. Tapi ternyata
tidak ada apa-apa di blog maupun jejaring sosialku, tidak ada yang menarik hanya
komentar-komentar iseng, ataupun mention-mention konyol dari kawan-kawanku. Ku
gerakkan jari-jariku untuk mengetik beberapa website, akhirnya ku buka
okezone.com dan vivanews.com untuk membaca berita-berita di portal-portal
digital, ku baca dan sesekali aku berpikir dan merenung tentang sebuah rezim
yang sudah memperburuk Negara Indonesia ini.
Datanglah
gerombolan kawan-kawanku dari kelas lain, namun masih satu jurusan denganku.
Anam, Ipul, Saugi, Oqi, dan tak lupa ketua suku dalam gerombolan ini Rhama,
sahabat gempalku yang kadang dari dialah aku memiliki sebuah ide untuk membuat
konsep acara di kampus atau sekedar iseng membuat sistem-sistem aneh. Akhirnya
kami berkumpul untuk berdiskusi, ada derai tawa dan canda dalam diskusi awal
kita pagi itu, sempat kita membicarakan gossip-gosip yang terbawa angin di
fakultasku. Membicarakan seniorku yang berbagi pacar dengan senior yang lain,
sahabatku yang sering berganti-ganti pacar, dan yang terakhir adalah meratapi
nasib kita bersama yang sampai saat ini masih jomblo, lebih tepatnya kita
merasa beruntung tidak memiliki pasangan karena dengan ini kita bebas merdeka.
Setelah puas membicarakan aib orang diskusi kita beralih tentang
mahasiswi-mahasisiwi yang menggoda iman, yang tidak lama kemudian muncullah
beberapa nama Nadia, Itsna, Azka, Raisa, Nabila, Aida, Stella, Ega, Sopia,
Diba, Fara, dan masih banyak nama yang lainnya. Sejenak aku tercenang nama yang
kita sebutkan memiliki akhiran imbuhan yang sama “a”. entah mungkin karena
kebetulan atau setiap bayi perempuan yang lahir dan memiliki pasar cantik wajib
memiliki nama dengan imbuhan akhir “a”.
Barulah kita
membicarakan hal-hal yang lebih seru menurutku, kita membicarakan pemerintah
yang sedang mencoba menutup lobang demi lobang yang telah mereka buat. Carut marut
situasi dan amburadulnya Negara ini adalah akibat kebobrokan sistem
pemerintahan rezim pemerintah SBY sekarang ini. Dari awal memimpin hingga
sekarang, SBY menganut sistem demokrasi emosional dibungkus pencitraan semu.
Ketidakmampuan ini Nampak jelas dengan terjadinya banyak penyimpangan dan
penyelewengan di bidang hukum. Isu berantai secara episode yang
dibesar-besarkan semakin meyakinkan sekelompok pihak selalu berusaha
menciptakan isu baru. Untuk menutupi kasus lainnya. Padahal, sebelum Presiden, POLRI,
dan Institusi penegak hukum lainnya sangat antusias membasmi perihal korupsi.
Namun, tatkala perihal korupsi melanda institusi mereka sendiri atau pejabat
yang sedang berkuasa, isu teroris dan isu lainnya ikut menutup sebagai
pengalihan isu, ku lihat mata kawanku Anam berapi-api, mata seorang anak yang
lahir di kampung yang sangat jauh dari peradaban, listrik belum ada di
kampungnya, atau mungkin di kampungnya hanya dia yang dapat kuliah, di Jakarta
pula.
Ku resapi
setiap makna yang muncul dari perkataan-perkataan kawanku ini. Antara satu
dengan yang lain peristiwa penuh kejanggalan dan keanehan. Banyak yang menduga
bahwa kasus dana talangan Bank Century yang mengemuka hanyalah pada akhir
Agustus hingga awal Oktober tahun lalunhanyalah bermuatan politis dalam rangka
penyusunan cabinet pemerintahan SBY-Boediono. Memang Resonansi politis atas
kasus Bank Century cukup kuat, termasuk dalam pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) Jilid II. Kasus Century juga ada keterkaitan upaya pelemahan KPK
tak bisa dipisahkan. Dalam konteks ini, Anggodo Widjojo sebagai aktor pengatur Jaksa
dan Polisi seperti martil dalam pelemahan KPK dan pengaburan Bank Century
sekaligus. Kemudian terjadinya kisruh KPK versus POLRI seyogyanya tidak hanya
berhenti pada pembebasan Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dalam upaya
pelemahan serta kriminalisasi KPK hanyalah babak awal dari upaya pengaburan
kasus bailout Bank Century Rp. 6,7 Triliun, jumlah yang sangat-sangat
fantastis. Kawanku Ipuk menelan air ludah, rokok supernya masih menempel manis
di bibirnya, dengan satu hembusan berat dia geleng-geleng kepala. Lalu siapakah
otak di balik semua ini ?
Kasus Bank
Century memang cukup tinggi tensi politiknya. Sebagaimana penjelasan mantan
Wapres Jusuf Kalla yang mengaku pengucuran dana bailout Bank Century Rp.
6,7 Triliun dari dana LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) tanpa dikonsultasikan
dirinya sebelum pengucuran oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Pengucuran dana
talangan itu dilakukan setelah perundingan di Komite Sistem Stabilitas Keuangan
(KSSK) yang tersiri dari Bank Indonesia (BI) ex officio Gubernur BI dan
Menteri Keuangan ex officio ketua KSSK. Sekjen Tranparency International
Indonesia (TII) Tenten Masduki menilai terdapat tali temali antara kelemahan
KPK dengan kasus dana talangan Bank Century . “Jika KPK masuk perangkap
pelemahan, maka kasus Bank Century akan menguap dan berhenti, sehingga mereka
akan “tepuk tangan”. Saya kira tidak hanya kasus Century, tetapi kasus Agus
Condro yang melibatkan banyak elit juga berhenti. Jika ada penumpang gelap yang
diuntungkan,” ujarnya
Obrolan demi
obrolan kita lewati dengan sangat seksama mendengarkan uraian yang keluar dari
mulut kawan-kawanku, seskali aku yang berbicara mereka yang menyimak dan tak
jarang mengoreksi setiap perkataan yang menurut mereka kurang tepat
mendefinisikan berita yang kita bincangkan. Kopi yang ku beli di kantin
fakultas sebelah sudah hampir habis namun obrolan-obrolan kami tidak berhenti
sekalipun nyaris tidak ada kopi yang bisa kita sruput. Konflik antara POLRI dan
KPK menjadi isu hangat di masyarakat sebagai “drama CICAK vs BUAYA” kembali
memanas. Kedua lembaga penegak hukum itu saling membongkar keterlibatan oknum
pejabat mereka dalam kasus-kasus penyalahgunaan kewenangan dan jabatan. Istilah
Cicak vs Buaya dimunculkan oleh KABARESKRIM POLRI Susno Duadji terkait
ponselnya disadap oleh KPK. Susno mengibaratkan penyadapan teleponnya terkait
penangkapan KPK atas Bank Century seperti Cicak dan Buaya, Jika KPK adalah
Cicak maka Polisi merupakan Buaya. Dari situlah, kontroversi Chandra-Bibit
muncul. Mulai dari sangkaan penyalahgunaan wewenang dan jabatan, penerimaan
suap, hingga upaya pemerasan terhadap buronan KPK Anggoro Widjojo. Kondisi ini
diperparah dengan testimony Antasari terkait penerimaan suap pimpinan KPK
Anggoro Widjojo. Hingga akhirnya kasus ini menggelinding sampai pada taraf
pemutaran rekaman percakapan antara Anggodo Widjojo dengan sejumlah pejabat
Kejaksaan Agung dan Kepolisian yang diduga sebagai upaya rekayasa kasus
Chandra-Bibit. Tim delapan mengakui terdapat keterkaitan antara kasus hukum
Chandra Hamzah-Bibit Samad Rianto dan pencairan dana nasabah terbesar Bank
Century, Budi Sampurno, yang melibatkan KABARESKRIM non aktif Susno Duadji.
Sangat seru
hingga akhirnya kawan kelasku mengirim pesan pendek yang membuatku harus
meninggalkan forum diskusi illegal tersebut. Aku berlari menuju lift, aku tekan
tombol 5 di lift hanya ada beberapa mahasiswa yang sama denganku ingin segera
masuk kelas. Aku baca lag isms yang masuk dari kawan karibku Agung, “bung dosen
udah masuk, sekarang ada kuis dadakan”. Wah, gaswat pikirku, tidak mungkin
harti ini ada kuis dadakan sedangkan aku belum pernah membaca buku tentang mata
kuliah yang akan dikuiskan. Ya sudah ku jawab saja dengan jawaban yang simpel
nanti. Ku ceritakan tentang sistem yang carut marut hancur tak karuan yang ada
di Negara Tercintaku Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar