Jumat, 23 November 2012

Asimilasi dan Akulturasi



Ada dua proses penggabungan kebudayaan, yang pertama jalur asimilasi. Asimilasi adalah penggabungan dua kebudayaan yang mana budaya yang pertama dihancurkan oleh budaya yang kedua. Budaya lama yang ada di sebuah Negara dihancurkan oleh budaya asing yang baru masuk ke dalam Negara tersebut. Contohnya ketika Islam datang ke Negara Spanyol, budaya yang ada di Negara tersebut dihilangkan oleh Budaya Islam yang datang dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad, hingga selat yang dilewati oleh Thariq Ibn Ziyad dinamakan Selat Gibraltar. Yang kedua jalur Akulturasi, jalur ini adalah penggabungan dua kebudayaan yang mana Kebudayaan yang lama dilebur dan digabungkan dengan kebudayaan baru yang masuk kedalam Negara tersebut. Contohnya adalah masuknya Islam ke Negara Indonesia.
Budaya yang ada di Indonesia ketika itu adalah Budaya Hindu dan Budha, istilah orang jawa ketika itu adalah kejawen. Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam tidak serta merta menghancurkan kebudayaan tersebut, akan tetapi meleburkan Kebudayaan Islam dengan Kebudayaan Hindu-Budha. Jalur ini menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia ketika itu, karena hegemoni masyarakat Indonesia ketika itu belum berani untuk menerima kebudayaan asing. Cerdiknya para wali songo ketika itu memakai teori Akulturasi, sangat mungkin di zaman itu Ilmu Sosiologi belum dikenal atau bahkan mungkin belum lahir, akan tetapi hebat dan pintarnya wali songo sudah dapat memahami strategi dakwah dengan mengenal antropologi dan sosiologi masyarakat Indonesia ketika itu. Akulturasi tidak menghancurkan budaya jawa yang sudah bercampur-baur dengan adat hindu dan budha.
Akulturasi mencoba menghilangkan budaya hindu-budha dengan jalan yang halus, masyarakat ketika itu tidak sadar bahwa budaya jawa yang tercampur hindu-budha akan hilang dengan sendirinya. Ibarat sebuah gelas yang berisi air kopi, Wali Songo tidak menghancurkan gelasnya, akan tetapi air kopinya dibuang dan gelas itu diganti oleh air putih. Gelas itu adalah budaya jawa, air kopinya adalah budaya hindu-budha, dan air putihnya adalah budaya Islam. Andai ketika itu Wali Songo memakai jalur Asimilasi, mungkin Islam di Indonesia tidak sebesar sekarang. Melihat Islam yang pernah besar di Spanyol dan beberapa Negara di Eropa, kini sudah tidak seperti dahulu. Karena Islam masuk ke Negara-negara Eropa melauli jalur invasi, jalur perang, jalur Asimilasi. Pembunuhan kebudayaan Kristen yang ada ketika itu dihancurkan oleh budaya Islam, hingga ketika Kerajaan Islam mulai melemah masyarakat Eropa yang masih memegang teguh kebudayaan Kristen ketika itu mulai menyerang kerajaan-kerajaan Islam. Dan akhirnya Islam hancur di Negara tersebut.
Karena memang sosiologi masyarakat di setiap Negara hampir sama, sulit untuk menerima sesuatu yang baru. Oleh karena itu, akulturasi adalah jalan yang baik untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat yang belum mengenal agama Islam secara kaffah. Karena dengan menggabungkan dua kebudayaan, masyarakat pun tidak merasa kehilangan budaya yang sudah mendarah daging dan merasa senang karena mendapat “sesuatu” yang baru. Sebagai contoh masyarakat Jawa suka mengadakan kumpul-kumpul di rumah keluarga yang sedang mendapatkan musibah seperti meninggal dunia, akan tetapi mereka menghabiskan waktu malam dengan minum-minum minuman keras dan bermain judi, Wali Songo tidak membuang budaya tersebut. Budaya kumpul-kumpulnya masih tetap ada, gelasnya tidak dihancurkan, air kopinya dibuang, ada penghancuran kebudayaan hindu-budha ketika itu, dan diganti dengan budaya Islam seperti mengaji Al-Qur’an 30 Juz atau mengadakan Tahlilan didalamnya menbaca takbir, tahmid, beberapa ayat Qur’an dan doa untuk si mayit yang dengan harapan si Mayit mendapatkan maghfirah dari Allah SWT, mulai memasukkan air putih kedalam gelas tersebut.
Akulturasi terbukti ampuh digunakan untuk menyebarkan dakwah Islam kepada masyarakat luas, karena memang dengan penghancuran budaya lama maka memunculkan dendam dari masyarakat yang budayanya dihancurkan oleh budaya yang baru. Mereka sulit beradaptasi dengan budaya yang baru, hingga akhirnya mereka menganggap budaya baru sebagai komoditas asing dan menakutkan yang tidak harus diikiuti atau dihancurkan sama sekali, namun karena masyarakat yang menganut budaya lama dikalahkan oleh pendatang yang membawa budaya baru sehingga mau tidak mau, atau lebih tepatnya ada pemaksaan yang membuat masyarakat budaya lama mengambil budaya baru sebagai budaya yang harus diikuti, dan lagi-lagi tidak semua masyarakat mengikuti budaya tersebut dengan “ikhlas”, beberapa golongan masyarakat, biasanya berisi orang-orang yang dituakan melakukan gerakan oposisi terhadap pendatang yang membawa budaya baru. Dan kalau para pendatang itu tidak siap menangani para oposisi, mereka akan kalah dan budaya yang mereka bawa akan dihancurkan dan selamanya akan dianggap budaya yang salah dan budaya yang harus dilenyapkan dari muka bumi. Bagaimana caranya mereka akan bercerita tentang keburukan budaya baru bahkan membuat cerita-cerita dengan versi memojokkan budaya baru yang telah mereka hancurkan. Ini terjadi di wilayah Spanyol dan beberapa Negara di Eropa, ketika Islam datang dengan jalur invasi atau asimilasi.
Itulah mengapa Wali Songo mendakwahkan agama Islam dengan jalur akulturasi, dan terbukti ampuh hingga saat ini Islam besar di Negara Indonesia, bahkan Indonesia menjadi Negara yang masyarakat Islamnya paling banyak. Dengan jalur akulturasi, masyarakat di zaman itu merasa secara tidak langsung masuk ke dalam budaya Islam. Contoh lainnya adalah dakwah Sunan Kalijaga yang membawa wayang dan gending ke dalam dakwahnya, masyarakat Jawa ketika itu menonton Wayang dengan cerita-cerita Mahabrata ataupun Karmapala sambil meminum-minuman keras. Tapi Sunan Kalijaga tampil dengan membawa cerita-cerita Islam atau cerita pewayangan jawa yang menceritakan tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dengan metode inilah akhirnya hampir seluruh masyarakat Jawa masuk ke dalam Agama Islam. Lagi-lagi Akulturasi lebih efektif dan efesien dalam mendakwahkan Agama Islam. Wallahu A’lam
Dian Ajis Syah Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar