Jumat, 23 November 2012

Sistem yang carut marut

Kuhisap secangkir kopi dipagi itu, menunggu dosen yang tak kunjung datang. Memang sudah menjadi kebiasaanku menghabiskan waktu pagi dengan nongkrong di basement fakultasku. Bukan untuk mencari eksistensi dari para juniorku, hanya sekedar ingin mencari kawan berdiskusi. Dan pula dari basement lah aku dapat melihat dosenku yang akan masuk ke dalam kelas. Dan pagi itu sepertinya dosen untuk jam pertamaku tidak hadir, karena setahuku beliau tidak pernah telat. Dan ini sudah setengah jam, tanpa perlu sms ataupun menelepon kawanku yang ada di kelas, aku sudah yakin bahkan haqqul yaqin bahwa dosenku tidak akan hadir di kelasku. Sambil masih menunggu kawan yang bisa di ajak berdiskusi aku menyalakan note book acer ku. Mencari sinyal wi fi, untuk seterusnya membuka jejaring sosialku dimulai dari facebook, twitter, dan kaskus. Aku juga mengecek blog-blog ku takut-takut ada pertanyaan yang harus ku jawab. Tapi ternyata tidak ada apa-apa di blog maupun jejaring sosialku, tidak ada yang menarik hanya komentar-komentar iseng, ataupun mention-mention konyol dari kawan-kawanku. Ku gerakkan jari-jariku untuk mengetik beberapa website, akhirnya ku buka okezone.com dan vivanews.com untuk membaca berita-berita di portal-portal digital, ku baca dan sesekali aku berpikir dan merenung tentang sebuah rezim yang sudah memperburuk Negara Indonesia ini.
Datanglah gerombolan kawan-kawanku dari kelas lain, namun masih satu jurusan denganku. Anam, Ipul, Saugi, Oqi, dan tak lupa ketua suku dalam gerombolan ini Rhama, sahabat gempalku yang kadang dari dialah aku memiliki sebuah ide untuk membuat konsep acara di kampus atau sekedar iseng membuat sistem-sistem aneh. Akhirnya kami berkumpul untuk berdiskusi, ada derai tawa dan canda dalam diskusi awal kita pagi itu, sempat kita membicarakan gossip-gosip yang terbawa angin di fakultasku. Membicarakan seniorku yang berbagi pacar dengan senior yang lain, sahabatku yang sering berganti-ganti pacar, dan yang terakhir adalah meratapi nasib kita bersama yang sampai saat ini masih jomblo, lebih tepatnya kita merasa beruntung tidak memiliki pasangan karena dengan ini kita bebas merdeka. Setelah puas membicarakan aib orang diskusi kita beralih tentang mahasiswi-mahasisiwi yang menggoda iman, yang tidak lama kemudian muncullah beberapa nama Nadia, Itsna, Azka, Raisa, Nabila, Aida, Stella, Ega, Sopia, Diba, Fara, dan masih banyak nama yang lainnya. Sejenak aku tercenang nama yang kita sebutkan memiliki akhiran imbuhan yang sama “a”. entah mungkin karena kebetulan atau setiap bayi perempuan yang lahir dan memiliki pasar cantik wajib memiliki nama dengan imbuhan akhir “a”.
Barulah kita membicarakan hal-hal yang lebih seru menurutku, kita membicarakan pemerintah yang sedang mencoba menutup lobang demi lobang yang telah mereka buat. Carut marut situasi dan amburadulnya Negara ini adalah akibat kebobrokan sistem pemerintahan rezim pemerintah SBY sekarang ini. Dari awal memimpin hingga sekarang, SBY menganut sistem demokrasi emosional dibungkus pencitraan semu. Ketidakmampuan ini Nampak jelas dengan terjadinya banyak penyimpangan dan penyelewengan di bidang hukum. Isu berantai secara episode yang dibesar-besarkan semakin meyakinkan sekelompok pihak selalu berusaha menciptakan isu baru. Untuk menutupi kasus lainnya. Padahal, sebelum Presiden, POLRI, dan Institusi penegak hukum lainnya sangat antusias membasmi perihal korupsi. Namun, tatkala perihal korupsi melanda institusi mereka sendiri atau pejabat yang sedang berkuasa, isu teroris dan isu lainnya ikut menutup sebagai pengalihan isu, ku lihat mata kawanku Anam berapi-api, mata seorang anak yang lahir di kampung yang sangat jauh dari peradaban, listrik belum ada di kampungnya, atau mungkin di kampungnya hanya dia yang dapat kuliah, di Jakarta pula.
Ku resapi setiap makna yang muncul dari perkataan-perkataan kawanku ini. Antara satu dengan yang lain peristiwa penuh kejanggalan dan keanehan. Banyak yang menduga bahwa kasus dana talangan Bank Century yang mengemuka hanyalah pada akhir Agustus hingga awal Oktober tahun lalunhanyalah bermuatan politis dalam rangka penyusunan cabinet pemerintahan SBY-Boediono. Memang Resonansi politis atas kasus Bank Century cukup kuat, termasuk dalam pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II. Kasus Century juga ada keterkaitan upaya pelemahan KPK tak bisa dipisahkan. Dalam konteks ini, Anggodo Widjojo sebagai aktor pengatur Jaksa dan Polisi seperti martil dalam pelemahan KPK dan pengaburan Bank Century sekaligus. Kemudian terjadinya kisruh KPK versus POLRI seyogyanya tidak hanya berhenti pada pembebasan Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dalam upaya pelemahan serta kriminalisasi KPK hanyalah babak awal dari upaya pengaburan kasus bailout Bank Century Rp. 6,7 Triliun, jumlah yang sangat-sangat fantastis. Kawanku Ipuk menelan air ludah, rokok supernya masih menempel manis di bibirnya, dengan satu hembusan berat dia geleng-geleng kepala. Lalu siapakah otak di balik semua ini ?
Kasus Bank Century memang cukup tinggi tensi politiknya. Sebagaimana penjelasan mantan Wapres Jusuf Kalla yang mengaku pengucuran dana bailout Bank Century Rp. 6,7 Triliun dari dana LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) tanpa dikonsultasikan dirinya sebelum pengucuran oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Pengucuran dana talangan itu dilakukan setelah perundingan di Komite Sistem Stabilitas Keuangan (KSSK) yang tersiri dari Bank Indonesia (BI) ex officio Gubernur BI dan Menteri Keuangan ex officio ketua KSSK. Sekjen Tranparency International Indonesia (TII) Tenten Masduki menilai terdapat tali temali antara kelemahan KPK dengan kasus dana talangan Bank Century . “Jika KPK masuk perangkap pelemahan, maka kasus Bank Century akan menguap dan berhenti, sehingga mereka akan “tepuk tangan”. Saya kira tidak hanya kasus Century, tetapi kasus Agus Condro yang melibatkan banyak elit juga berhenti. Jika ada penumpang gelap yang diuntungkan,” ujarnya
Obrolan demi obrolan kita lewati dengan sangat seksama mendengarkan uraian yang keluar dari mulut kawan-kawanku, seskali aku yang berbicara mereka yang menyimak dan tak jarang mengoreksi setiap perkataan yang menurut mereka kurang tepat mendefinisikan berita yang kita bincangkan. Kopi yang ku beli di kantin fakultas sebelah sudah hampir habis namun obrolan-obrolan kami tidak berhenti sekalipun nyaris tidak ada kopi yang bisa kita sruput. Konflik antara POLRI dan KPK menjadi isu hangat di masyarakat sebagai “drama CICAK vs BUAYA” kembali memanas. Kedua lembaga penegak hukum itu saling membongkar keterlibatan oknum pejabat mereka dalam kasus-kasus penyalahgunaan kewenangan dan jabatan. Istilah Cicak vs Buaya dimunculkan oleh KABARESKRIM POLRI Susno Duadji terkait ponselnya disadap oleh KPK. Susno mengibaratkan penyadapan teleponnya terkait penangkapan KPK atas Bank Century seperti Cicak dan Buaya, Jika KPK adalah Cicak maka Polisi merupakan Buaya. Dari situlah, kontroversi Chandra-Bibit muncul. Mulai dari sangkaan penyalahgunaan wewenang dan jabatan, penerimaan suap, hingga upaya pemerasan terhadap buronan KPK Anggoro Widjojo. Kondisi ini diperparah dengan testimony Antasari terkait penerimaan suap pimpinan KPK Anggoro Widjojo. Hingga akhirnya kasus ini menggelinding sampai pada taraf pemutaran rekaman percakapan antara Anggodo Widjojo dengan sejumlah pejabat Kejaksaan Agung dan Kepolisian yang diduga sebagai upaya rekayasa kasus Chandra-Bibit. Tim delapan mengakui terdapat keterkaitan antara kasus hukum Chandra Hamzah-Bibit Samad Rianto dan pencairan dana nasabah terbesar Bank Century, Budi Sampurno, yang melibatkan KABARESKRIM non aktif Susno Duadji.
Sangat seru hingga akhirnya kawan kelasku mengirim pesan pendek yang membuatku harus meninggalkan forum diskusi illegal tersebut. Aku berlari menuju lift, aku tekan tombol 5 di lift hanya ada beberapa mahasiswa yang sama denganku ingin segera masuk kelas. Aku baca lag isms yang masuk dari kawan karibku Agung, “bung dosen udah masuk, sekarang ada kuis dadakan”. Wah, gaswat pikirku, tidak mungkin harti ini ada kuis dadakan sedangkan aku belum pernah membaca buku tentang mata kuliah yang akan dikuiskan. Ya sudah ku jawab saja dengan jawaban yang simpel nanti. Ku ceritakan tentang sistem yang carut marut hancur tak karuan yang ada di Negara Tercintaku Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar