Kamis, 15 November 2012

Untukmu Adindaku



 
















Aku tak tahu dimana aku akan mati.
Aku melihat samudera luas dipantai utara,  ketika datang kesana dengan ayahku untuk mengantar barang.
Bila aku mati ditengah lautan, dan jasadku terlempar di air dalam, ikan-ikan hiu berebut datang , berenang mengelilingi jasadku, dan bertanya:”siapa diantara kita yang akan melulur tubuh nan jatuh didalam air ini?”
Aku tak akan mendengarnya.

Aku tak tahu dimana aku akan mati.
Kulihat terbakar rumah pak liem wong, dia membakar sendiri karena ia sudah gelap mata.
Bila ku mati didalam rumah yang terbakar, kepingan-kepingan kayu yang berpijar jatuh menimpa jasadku, dan diluar rumah orang-orang berteriak melemparkan air pemadam api.
Aku tak akan mendengarnya.

Aku tak tahu dimana aku akan mati.
Kulihat si-umar kecil jatuh dari pohon kelapa untuk ibunya.
Jika aku mati jatuh dari pohon kelapa, dan jasadku terkapar dikaki ibuku, didalam semak seperti si-umar, maka ibuku tidak akan menangis, karena ia sudah tiada. Tapi orang lain akan berkata:” Lihatlah DIA disana!”
Aku tak akan mendengarnya.

Aku tak tahu dimana aku akan mati.
Banyak ku lihat orang mati di taman pemakaman, mereka dikafani dan ditanam didalam tanah.
Bila ku mati ditaman pemakaman, dan jasadku dikafani dan ditanam diluar desa arah timur ke kaki bukit, dengan rumputnya yang tinggi, maka ADINDA akan lewat disana, tepi sarungnya perlahan mengingsut mendesir rumput,
Aku akan mendengarnya

Untukmu ADINDA-ku

Dian Ajis Ovanda Syah Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar